Kamis, 26 Mei 2011

Berita Bisnis : Melirik Produksi Etanol


Putera Sampoerna (Grup Sampoerna)
Melirik Produksi Etanol

Usai melepas kepemilikannya mayoritasnya di perusahaan rokok PT HM Sampoerna Tbk., Putera Sampoerna mengalihkan minat bisnisnya ke bidang perkebunan kelapa sawit dengan mendirikan PT Sampoerna Agro Tbk. Sekarang perusahaan sawit ini terus berekspansi dengan masuk ke bidang perkebunan sagu.  PT Sampoerna Agro Tbk., melalui anak usaha PT Sampoerna Bio Fuel, telah mengakuisisi 91,85% saham PT National Sago Prima, perusahaan produsen sagu senilai US$ 12 juta dengan total dana investasi pengembangan hingga US$ 25 juta atau sekitar Rp 225 miliar.
Produksi sagu ini diperkirakan lebih berprospek sebagai bahan baku biofuel daripada sebagai bahan pangan. Indonesia tersedia 4 juta hektar lahan yang berpotensi ditanami sagu. Artinya, dalam setahun Indonesia berpotensi menghasilkan 100 juta ton pati sagu yang setara dengan 20-25 juta ton bioetanol.
Seperti dikutip dari  Bloomberg (14/8/2007). Putera sempat mengatakan bahwa ia ingin membangun pabrik etanol yang bisa memproduksi 19% output etanol nasional. Ia ingin memproduksi 375.000 kiloliter etanol per tahun. Sementara output etanol nasional sekitar 2 juta kiloliter per tahun. Grup Sampoerna diketahui juga telah mendirikan PT Sampoerna TG Ethanol yang akan memproduksi bioetanol dengan lokasi pabrik di sekitar jawa Tengah.


Keajaiban Air Mani


Keajaiban Air Mani

Cairan yang disebut air mani, ternyata tidak semata mengandung sperma saja. Cairan ini tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan, dengan fungsinya masing-masing.
Salah satu zat yang bercampur  di dalam air mani adalah zat gula. Zat ini diperlukan  untuk menyediakan energy bagi sperma. Dan energy ini amat penting, agar sperma mampu melakukan perjalanan panjang menuju sel telur. Bila diukur, perjalanan itu mencapai 12 kilometer. Subhanallah.
Zat gula itu juga diperlukan untuk menetralkan asam di pintu masuk rahim. Diketahui, betapa terdapat penghalang yang tidak sedikit ketika air mani masuk ke rahim, saluran telur dan hingga ke telur. Nah, zat gula itulah yang bertugas menghadang para penghadang itu.
Masih ada manfaat lain dari kandungan gula itu. Yakni, melicinkan jalan agar memudahkan pergerakan sperma. Dengan demikian, perjalanan sperma itu bisa sukses menuju sel telur. Inilah perjalanan sunatullah yang dahsyat.
Maha benar Firman Allah,
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami mengujinya(dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat [Al Insan (76) : 2]
Di ayat lain,
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).” [As-Sajadah (32) : 7-8]
Kata Arab “sulala”, yang diterjemahkan sebagai “sari”, bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti “bagian dari suatu kesatuan”. Ini menunjukkan bahwa Al-Quran firman dari Yang Berkehendak, yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah  Pencipta Manusia.


Jumat, 20 Mei 2011

Bangkitkan Dirimu!!!

Setiap generasi manusia mengalami perputaran nasib. Mengulangi suatu kejadian yang telah menjadi sejarah dari jaman ke jaman. Umumnya ketika kecil mereka berusaha mencari jati diri dengan menemukan karakter masing-masing. Ketika mengenal bangku sekolah mereka mulai bersaing memperebutkan ranking, nilai, dan memeras keringat untuk naik ke kelas yang lebih tinggi.
Begitulah setiap tahun yang dialami dari sekolah dasar hingga kuliah di universitas tetentu. Ketika waktu ujian tiba jantung akan berdebar-debar, gugup kalau tidak mampu menjalaninya dengan mulus. Pada saat hasil ujian dibagikan wajah-wajah gembira terlihat ketika berhasil lulus. Wajah-wajah sedih dan lusuh terlihat ketika gagal. Seakan langit runtuh menjatuhi kepala. Lalu tak jarang saling membanggakan hasil. Yang tinggi meremehkan yang terendah, dan yang terendah akan berkecil hati dan merasa dirinya adalah manusia tak berguna dan terdungu di muka bumi ini.
Setelah menempuh masa pendidikan formal, mulai berpikir tentang pasangan hidup. Ada yang dengan mudah mendapatkan pasangan hidup. Namun ada pula yang mendapatkan pasangan hidup dengan persaingan ketat. Setelah mendapatkannya, menikah dengan acaranya yang indah dan mengharukan. Lalu menginginkan keturunan. Membanggakan anak laki-laki atau anak perempuan, atau dengan banyak anak. Kemudian memikirkan nafkah hidup. Bekerja keras memeras otak dan tenaga agar dapat dibanggakan oleh anak dan pasangan, karena pandai mengumpulkan kekeyaan. Atau memeng tergila-gila dengan harta hingga melupakan anak dan pasangannya. Lalu umur berjalan dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun. Tanpa terasa rambut putih mulai terlihat. Wajah  mulai keriput. Satu persatu gigi goyah dan bergatuhan. Penglihatan dan pendengaran berkurang. Kekuatan tubuh berubah menjadi ketidakberdayaan. Dan akhirnya mereka menyongsong kematian.
Begitulah gambaran hidup kebanyakan manusia di muka bumi ini. Sesuatu yang monoton ini berjalan dari generasi ke generasi, layaknya jasad tanpa ruh. Dari gambaran kehidupan di atas dapat disimpulkan bahwa,
“Hidup” = lahir + sekolah + menikah + memiliki keturunan + memiliki pekerjaan dan kekayaan + masa tua + mati.
Kadang-kadanh untuk menghilangkan kejenuhan dan keresahan seseorang akan mengubah kebiasaan yang mereka jalani dengan cara bertamasya, memindah setting rumah, jalan-jalan ke supermarket, nonton bioskop, bermain alat music, atau game. Tetapi keresahan dan kejenuhan itu akan kembali kepadanya. Tak jarang pula yang menyimpang, seperti mencari kepuasan seksual dengan berganti-ganti pasangan, dengan pasangan sejenis, pesta seks, masturbasi, atau lain-lainnya. Menenggak minuman keras, narkotika, ganja yang membawa otak mereka terbang ke alam lain. Semua itu dijalani ketika mereka resah dan gelisah karena tak dapat memuaskan diri mereka. Bahkan kekayaan dan ketenaran pun tidak menjamin seseorang selamat dari keresahan dan kegelisahan. Lalu apa yang bisa menjadikan mereka puas? Bagaimanakah menghilangkan kejenuhan? Mengapa kehidupan menjadi rutinitas yang menjenuhkan?
Seluruh benda di dunia ini akan mengalami perubahan dan kepunahan tanpa pengecualian. Dan ini telah terbukti secara logika. Disimpulakan bahwa, sesuatu yang mengalami perubahan, akan mengalami kepunahan. Jika kita meneliti semua benda yang ada di muka bumi dan di luar angkasa, pasti kita akan mendapati bahwa mereka semua mengalami perubahan setiap detiknya. Manusia, batu-batuan, tumbuh-tumbuhan, hewan, gunung, langit, matahari, bulan, bintang dan segala sesuatu yang ada di alam semesta. Marilah kita menilik spesies kita sendiri yaitu “manusia”. Perubahan-perubahan secara cepat atau lambat terjadi pada jasad manusia. Bandingkan bentuk badan, pola piker, pola makan bayi, anak kecil,  orang dewasa dan orang tua. Pasti anda akan menemukan perubahan-perubahan. Karena begitulah sifat manusia pasti akan mengalami kerusakan dan kepunahan yaitu “mati”. Bandingkan dengan benda-benda yang lain di permukaan bumi, pasti akan mengalamimproses yang sama.
Segala sesuatu yang dapat punah, mati, atau hilang, maka dia dibatasi oleh sesuatu. Karena itu setiap benda dan segala sesuatu yang ada di alam ini terbatasi oleh sesuatu. Dan sesuatu yang memiliki ukuran, jarak, jumlah, atau waktu tertentu. Karena itulah jasad manusia diciptakan harus mengalami perubahan dan berada di suatu tempat yang mengalami perubahan dan batasan pula.
Namun di dalam diri manusia ada sesuatu yang menncintai kekekalan dan keterbatasan. Dia adalah ruh. Ruh adalah sesuatu yang abstrak pada diri manusia. Dan sifat aslinya tidak terbatas seperti jasad. Sifat ruh yang tidak memiliki batasan itulah yang menjadikan tidak rela dengan segala keterbatasan. Karena itu manusia dengan ruh-nya yang mencintai kekelahan dan keterbatasan, berusaha mencari sesuatu yang dapat memuaskannya. Namu berapa banyak orang yang mencari kepuasan pada alam yang berubah dan terbatas ini. Sehingga yang didapati adalah dinding-dinding kejenuhan dan penjara-penjara.
Manusia dengan ruh-nya tidak akan mengalami kepuasan dengan materi-materi yang ada. Karena itu orang yang mencari kepuasan dengan bertamasya, memindah setting rumah, dan lain-lain sebagaiman telah disebutkan di atas. Dan mereka tetap mengalami keresahan dan kejenuhan. Mengapa demikian? Karena sebenarnya mereka belum terpuaskan dengan semua itu.
Manusia dengan ruhnya juga tidak akan pernah terpuaskan dengan tujuan-tujuan duniawi yang juga memiliki keterbatasan. Seseorang tidak akan terpuaskan dengan jabatan, kekuasaan dan kekuatan. Contoh orang yang ingin mencapai kepuasan materi-materi dan tujuan-tujuan duniawi adalah,
1.       Manusia yang berusaha mencapai suatu jabatan tertentu, dengan ambisinya akan terus meningkatkan jabatannya dan tidak akan merasa puas dengan kedudukannya hingga mati menjemputnya.
2.       Manusia yang memiliki kekeyaan tidak akan pernah puas dengan hartanya dan merasa hartanya kurang hingga mendatangi kuburnya sendiri.
3.       Jika tidak dibatasi dengan perut kenyang, manusia akan terus mencari kepuasan pada makanan. Dia akan terus menjejali perutnya dengan makanan, karena mendapati kenikmatan makanan hanya sebatas yang dia rasakan dilidahnya saja.
Dapat disimpulkan bahwa materi, dunia, serta segala sesuatu yang terkait dengannya tidak akan pernah memuaskan manusia. Keresahan dan kejenuhan yang terjadi pada diri manusia adalah akibat dari ketidakpuasan. Lalu bagaimanakah jalan keluar dari persoalan di atas?
Adalah dengan “membangkitkan kesadaran diri”. Membangkitkan kesadaran diri yang terkubur dalam sampah-sampah keinginan-keinginan duniawi. Membangkitkan kesadaran diri yaitu mengenali siapakah diri kita yang sebenarnya dan siapakah pencipta kita. Bukan sekedar mengenali sebagai pengetahuan. Tetapi mengenali dengan penuh kesadaran itu di setiap tarikan dan hembusan nafas. Kesadaran diri itulah yang mengenali tujuan kita hidup di dunia ini.  Mengetahui tugas kita di alam semesta ini.
Dengan bangkitnya kesadaran diri, maka kehidupan memiliki arti. Segala perbuatan dan ucapan memiliki makna. Bukan hanya sekedar rutinitas yang membosankan. Bahkan dengan kesadaran diri kita dapat menjadi insane kamil atau manusia paripurna, yang tak memilki kecemasan,kekhawatiran, atau kegundahan.