Jumat, 10 Juni 2011

Untukmu Saudariku...


Ajak wanita di sekitar kita senang berhijab
Ketika Surat An Nur ayat 31 turun, para muslimah saat itu menyambutnya dengan bergegas merobek kain yang ada di rumah-rumah mereka dan memakainya sebagai jilbab.
Mereka tak bertanya : mengapa? Mereka juga tak menggugat : apa gunanya buat saya? Mereka tak khawatir jilbab sederhana yang terbuat dari sobekan kain itu tak mengikuti tren busana. Mereka tak peduli, jilbab yang mereka kenakan itu justru membuat kepala mereka menyerupai burung gagak. Mereka yakin bahwa apa yang diturunkan dari Sang Khaliq pastilah bermanfaat dunia dan akhirat untuk mereka.
Saat ini sulit kita menemukan kondisi seperti itu lagi. Meski telahjelas kewajiban berhijab tertulis dalam Al-Qur’an, tertuang pula dalam Sunnah Rasul, tetap saja jumlah muslimah yang tak berhijab jauh lebih besar disbanding mereka yang berhijab.
Mereka masih menyangsikan kebenaran ayat tersebut dengan beragam dalil. Mulai dari pendapat yang menyatakan bahwa jilbab adalah budaya Arab yang membelenggu, sampai pada pendapat yang menyatakan bahwa hijab hati lebih penting ketimbang hijab fisik.
Padahal, Islam adalah agama fitrah. Islam telah mengantar manusia menjadi makhluk beradab yang memiliki akhlak dan moral, serta mampu membedakan antara yang baik dari yang buruk, yang benar dari yang salah, yang halal dari yang haram, yang mulia dari yang hina.
Memang, manusia bukan hewan. Namun adakalanya manusia cenderung bertindak seperti hewan. Dalam hal syahwat, misalnya, manusia tidak berbeda dengan hewan. Tak heran jika angka kejahatan seksual begitu tinggi di Negara ini. Dan, itu terjadi bukan semata karena adanya niat, namun yang terbanyak justru karena ada kesempatan. Maha Bijaksana Allah yang menurunkan rambu-rambu untuk menutup rapat-rapat kesempatan itu.
Tugas mengajak kaum hawa di sekitar kita –juga kaum laki-laki- tentang pentingnya hijab jelas tak mudah. Bujuk rayu setan lewat budaya permisif, hidup serba bebas, begitu melenakan, menjauhkan kita dari tuntunan Al-Qur’an.
Namun kita tak boleh putus asa. Hijab adalah pilar penting dari peradaban Islam. Mengajak wanita di sekitar kita untuk menjaga hijab adalah bagian dari upaya membangun kembali peradaban Islam ala Madinah.


Gambar : Seruan Jilbab

Kamis, 26 Mei 2011

Berita Bisnis : Melirik Produksi Etanol


Putera Sampoerna (Grup Sampoerna)
Melirik Produksi Etanol

Usai melepas kepemilikannya mayoritasnya di perusahaan rokok PT HM Sampoerna Tbk., Putera Sampoerna mengalihkan minat bisnisnya ke bidang perkebunan kelapa sawit dengan mendirikan PT Sampoerna Agro Tbk. Sekarang perusahaan sawit ini terus berekspansi dengan masuk ke bidang perkebunan sagu.  PT Sampoerna Agro Tbk., melalui anak usaha PT Sampoerna Bio Fuel, telah mengakuisisi 91,85% saham PT National Sago Prima, perusahaan produsen sagu senilai US$ 12 juta dengan total dana investasi pengembangan hingga US$ 25 juta atau sekitar Rp 225 miliar.
Produksi sagu ini diperkirakan lebih berprospek sebagai bahan baku biofuel daripada sebagai bahan pangan. Indonesia tersedia 4 juta hektar lahan yang berpotensi ditanami sagu. Artinya, dalam setahun Indonesia berpotensi menghasilkan 100 juta ton pati sagu yang setara dengan 20-25 juta ton bioetanol.
Seperti dikutip dari  Bloomberg (14/8/2007). Putera sempat mengatakan bahwa ia ingin membangun pabrik etanol yang bisa memproduksi 19% output etanol nasional. Ia ingin memproduksi 375.000 kiloliter etanol per tahun. Sementara output etanol nasional sekitar 2 juta kiloliter per tahun. Grup Sampoerna diketahui juga telah mendirikan PT Sampoerna TG Ethanol yang akan memproduksi bioetanol dengan lokasi pabrik di sekitar jawa Tengah.


Keajaiban Air Mani


Keajaiban Air Mani

Cairan yang disebut air mani, ternyata tidak semata mengandung sperma saja. Cairan ini tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan, dengan fungsinya masing-masing.
Salah satu zat yang bercampur  di dalam air mani adalah zat gula. Zat ini diperlukan  untuk menyediakan energy bagi sperma. Dan energy ini amat penting, agar sperma mampu melakukan perjalanan panjang menuju sel telur. Bila diukur, perjalanan itu mencapai 12 kilometer. Subhanallah.
Zat gula itu juga diperlukan untuk menetralkan asam di pintu masuk rahim. Diketahui, betapa terdapat penghalang yang tidak sedikit ketika air mani masuk ke rahim, saluran telur dan hingga ke telur. Nah, zat gula itulah yang bertugas menghadang para penghadang itu.
Masih ada manfaat lain dari kandungan gula itu. Yakni, melicinkan jalan agar memudahkan pergerakan sperma. Dengan demikian, perjalanan sperma itu bisa sukses menuju sel telur. Inilah perjalanan sunatullah yang dahsyat.
Maha benar Firman Allah,
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami mengujinya(dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat [Al Insan (76) : 2]
Di ayat lain,
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).” [As-Sajadah (32) : 7-8]
Kata Arab “sulala”, yang diterjemahkan sebagai “sari”, bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti “bagian dari suatu kesatuan”. Ini menunjukkan bahwa Al-Quran firman dari Yang Berkehendak, yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah  Pencipta Manusia.


Jumat, 20 Mei 2011

Bangkitkan Dirimu!!!

Setiap generasi manusia mengalami perputaran nasib. Mengulangi suatu kejadian yang telah menjadi sejarah dari jaman ke jaman. Umumnya ketika kecil mereka berusaha mencari jati diri dengan menemukan karakter masing-masing. Ketika mengenal bangku sekolah mereka mulai bersaing memperebutkan ranking, nilai, dan memeras keringat untuk naik ke kelas yang lebih tinggi.
Begitulah setiap tahun yang dialami dari sekolah dasar hingga kuliah di universitas tetentu. Ketika waktu ujian tiba jantung akan berdebar-debar, gugup kalau tidak mampu menjalaninya dengan mulus. Pada saat hasil ujian dibagikan wajah-wajah gembira terlihat ketika berhasil lulus. Wajah-wajah sedih dan lusuh terlihat ketika gagal. Seakan langit runtuh menjatuhi kepala. Lalu tak jarang saling membanggakan hasil. Yang tinggi meremehkan yang terendah, dan yang terendah akan berkecil hati dan merasa dirinya adalah manusia tak berguna dan terdungu di muka bumi ini.
Setelah menempuh masa pendidikan formal, mulai berpikir tentang pasangan hidup. Ada yang dengan mudah mendapatkan pasangan hidup. Namun ada pula yang mendapatkan pasangan hidup dengan persaingan ketat. Setelah mendapatkannya, menikah dengan acaranya yang indah dan mengharukan. Lalu menginginkan keturunan. Membanggakan anak laki-laki atau anak perempuan, atau dengan banyak anak. Kemudian memikirkan nafkah hidup. Bekerja keras memeras otak dan tenaga agar dapat dibanggakan oleh anak dan pasangan, karena pandai mengumpulkan kekeyaan. Atau memeng tergila-gila dengan harta hingga melupakan anak dan pasangannya. Lalu umur berjalan dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun. Tanpa terasa rambut putih mulai terlihat. Wajah  mulai keriput. Satu persatu gigi goyah dan bergatuhan. Penglihatan dan pendengaran berkurang. Kekuatan tubuh berubah menjadi ketidakberdayaan. Dan akhirnya mereka menyongsong kematian.
Begitulah gambaran hidup kebanyakan manusia di muka bumi ini. Sesuatu yang monoton ini berjalan dari generasi ke generasi, layaknya jasad tanpa ruh. Dari gambaran kehidupan di atas dapat disimpulkan bahwa,
“Hidup” = lahir + sekolah + menikah + memiliki keturunan + memiliki pekerjaan dan kekayaan + masa tua + mati.
Kadang-kadanh untuk menghilangkan kejenuhan dan keresahan seseorang akan mengubah kebiasaan yang mereka jalani dengan cara bertamasya, memindah setting rumah, jalan-jalan ke supermarket, nonton bioskop, bermain alat music, atau game. Tetapi keresahan dan kejenuhan itu akan kembali kepadanya. Tak jarang pula yang menyimpang, seperti mencari kepuasan seksual dengan berganti-ganti pasangan, dengan pasangan sejenis, pesta seks, masturbasi, atau lain-lainnya. Menenggak minuman keras, narkotika, ganja yang membawa otak mereka terbang ke alam lain. Semua itu dijalani ketika mereka resah dan gelisah karena tak dapat memuaskan diri mereka. Bahkan kekayaan dan ketenaran pun tidak menjamin seseorang selamat dari keresahan dan kegelisahan. Lalu apa yang bisa menjadikan mereka puas? Bagaimanakah menghilangkan kejenuhan? Mengapa kehidupan menjadi rutinitas yang menjenuhkan?
Seluruh benda di dunia ini akan mengalami perubahan dan kepunahan tanpa pengecualian. Dan ini telah terbukti secara logika. Disimpulakan bahwa, sesuatu yang mengalami perubahan, akan mengalami kepunahan. Jika kita meneliti semua benda yang ada di muka bumi dan di luar angkasa, pasti kita akan mendapati bahwa mereka semua mengalami perubahan setiap detiknya. Manusia, batu-batuan, tumbuh-tumbuhan, hewan, gunung, langit, matahari, bulan, bintang dan segala sesuatu yang ada di alam semesta. Marilah kita menilik spesies kita sendiri yaitu “manusia”. Perubahan-perubahan secara cepat atau lambat terjadi pada jasad manusia. Bandingkan bentuk badan, pola piker, pola makan bayi, anak kecil,  orang dewasa dan orang tua. Pasti anda akan menemukan perubahan-perubahan. Karena begitulah sifat manusia pasti akan mengalami kerusakan dan kepunahan yaitu “mati”. Bandingkan dengan benda-benda yang lain di permukaan bumi, pasti akan mengalamimproses yang sama.
Segala sesuatu yang dapat punah, mati, atau hilang, maka dia dibatasi oleh sesuatu. Karena itu setiap benda dan segala sesuatu yang ada di alam ini terbatasi oleh sesuatu. Dan sesuatu yang memiliki ukuran, jarak, jumlah, atau waktu tertentu. Karena itulah jasad manusia diciptakan harus mengalami perubahan dan berada di suatu tempat yang mengalami perubahan dan batasan pula.
Namun di dalam diri manusia ada sesuatu yang menncintai kekekalan dan keterbatasan. Dia adalah ruh. Ruh adalah sesuatu yang abstrak pada diri manusia. Dan sifat aslinya tidak terbatas seperti jasad. Sifat ruh yang tidak memiliki batasan itulah yang menjadikan tidak rela dengan segala keterbatasan. Karena itu manusia dengan ruh-nya yang mencintai kekelahan dan keterbatasan, berusaha mencari sesuatu yang dapat memuaskannya. Namu berapa banyak orang yang mencari kepuasan pada alam yang berubah dan terbatas ini. Sehingga yang didapati adalah dinding-dinding kejenuhan dan penjara-penjara.
Manusia dengan ruh-nya tidak akan mengalami kepuasan dengan materi-materi yang ada. Karena itu orang yang mencari kepuasan dengan bertamasya, memindah setting rumah, dan lain-lain sebagaiman telah disebutkan di atas. Dan mereka tetap mengalami keresahan dan kejenuhan. Mengapa demikian? Karena sebenarnya mereka belum terpuaskan dengan semua itu.
Manusia dengan ruhnya juga tidak akan pernah terpuaskan dengan tujuan-tujuan duniawi yang juga memiliki keterbatasan. Seseorang tidak akan terpuaskan dengan jabatan, kekuasaan dan kekuatan. Contoh orang yang ingin mencapai kepuasan materi-materi dan tujuan-tujuan duniawi adalah,
1.       Manusia yang berusaha mencapai suatu jabatan tertentu, dengan ambisinya akan terus meningkatkan jabatannya dan tidak akan merasa puas dengan kedudukannya hingga mati menjemputnya.
2.       Manusia yang memiliki kekeyaan tidak akan pernah puas dengan hartanya dan merasa hartanya kurang hingga mendatangi kuburnya sendiri.
3.       Jika tidak dibatasi dengan perut kenyang, manusia akan terus mencari kepuasan pada makanan. Dia akan terus menjejali perutnya dengan makanan, karena mendapati kenikmatan makanan hanya sebatas yang dia rasakan dilidahnya saja.
Dapat disimpulkan bahwa materi, dunia, serta segala sesuatu yang terkait dengannya tidak akan pernah memuaskan manusia. Keresahan dan kejenuhan yang terjadi pada diri manusia adalah akibat dari ketidakpuasan. Lalu bagaimanakah jalan keluar dari persoalan di atas?
Adalah dengan “membangkitkan kesadaran diri”. Membangkitkan kesadaran diri yang terkubur dalam sampah-sampah keinginan-keinginan duniawi. Membangkitkan kesadaran diri yaitu mengenali siapakah diri kita yang sebenarnya dan siapakah pencipta kita. Bukan sekedar mengenali sebagai pengetahuan. Tetapi mengenali dengan penuh kesadaran itu di setiap tarikan dan hembusan nafas. Kesadaran diri itulah yang mengenali tujuan kita hidup di dunia ini.  Mengetahui tugas kita di alam semesta ini.
Dengan bangkitnya kesadaran diri, maka kehidupan memiliki arti. Segala perbuatan dan ucapan memiliki makna. Bukan hanya sekedar rutinitas yang membosankan. Bahkan dengan kesadaran diri kita dapat menjadi insane kamil atau manusia paripurna, yang tak memilki kecemasan,kekhawatiran, atau kegundahan.

Rabu, 20 Mei 2009

Live As You Please

Jibril has come to me and said: Hai, Muhammad live as you please, but in fact you will someday die, love what you like but you must split up one time too and do what you want really all that there is an answer. (HR.Baihaqi from Jabir)

At least, jargon freedom, human right, right of expression into a uniform voice of the people who want to tap freedom freely. They are so powerful because it is supported by the power industry that enjoys the result of these freedoms. Proven anti-pornography bill to pass and not play hard porno action. Suppress a pornographic magazine just to be demonstrated many times and the result are not optimal.

On behalf of the freedom of all, many people fall into hedonic life. “Living one likes me, I’m happy that important, stay out of people’s business!". There is also the slogan of young people now, “little spoiled, young spree-loving, wealthy parent, dead into heaven.”

Islam appreciates numbness, in the sense that truth. Freedom of speech, freedom of expression, freedom in managing the property, the freedom to run life and so forth. But freedom is meant in Islam, of course, freedom in the corridor / frame in accordance with the syariat, as the positive law of human freedom, not freedom is not unlimited, butt that freedom must not violate the freedom and rights of others.

The above hadist, it is very deep meanings in the frame of human freedom in Islam. Live as you please, but remember one day you will die.

Humans are given the freedom to pursue life. Humans are welcome to live in this world by way of each. But there is a frame that must be established and realized, that, life on earth is not eternal life. Many people forget, many people fall asleep, many people were intrigued by the life of the world as they often forgot about death.
As Muslims, we are always reminded about death. This world is temporary, the world is like haven a wayfarer who was travelling, the life of this world are very briefly, frequently make a beeline for the grave so that we remember the dead, so the core of some hadist about the prophet.

Back in the hadist earlier, when we remember the dead who can come whenever Allah wills, then, do we still want to live as they pleased us, freely regardless of the Syariat of Allah SWT? Are there we so proud to live casually, in the name of freedom, but maybe tomorrow, one hour, one minute more, even one second longer we might die?

Islam appreciate the freedom to love something that we want to love. Love is a gift from God to man. It is a beautiful human nature. Man must love kids, love the wife, loves the treasure, like luxury vehicle, a nice house, and so forth. But again all is finite. Love can encourage people to do things that sometimes irrational, even beyond their ability. Hence, the love in Islam is given frames. So beautiful hadist also write your limits. You may love with your property that is so abundant, but as high as your love, treasure and even then will split with you. Just a piece of cloth that will accompany you through into the tomb. You may love your wife child, but they’ll leave you, or you are going to leave them. Child, wife, home, possessions, position, all will leave you or will you leave behind.

“Those who believe very highly of his love for God.”

Love of God, is that true love without limits. A person who is loved and loving God, will not feel left or abandoned. But the love of God requires the consequences to always put the interest of God above all else. Defeat the interest of the world, beat the treasure, beat the child and wife, even defeating ourselves. When Allah demands that we or our loved ones when something contrary to the Syariat of Allah, the believers will put the interest of God, love of Allah.

Humans are also given the freedom to do whatever he wanted. But of course the freedom to perform an act that too has a clear frame. “Do something that you want to do, but remember, all the deeds that there reply.”
Life is really very valuable to us. All we do, a little whatever, whatever slightest, no matter how small, it's all in return. "Those who do good even as small Zarrah, then he will reap a good reward, and anyone who commits any crime zarrah slightest, he will reap the reward is worth.”

Freedom in the doing, not freedom to do casually. Freedom to do with responsibility and moral burden that our actions there must be a real return.

If all we do, no matter how small, visible or invisible, good or bad, are always rewarded by Allah, if we still want to do as they wish, regardless of the harm and consequences?

Finally, there is a need we thing of the things above. All of us will surely die, so why do we want to live one likes you, as if the world is our ultimate goal. All that we love and love we too will we leave behind and live us, so why do not we give our supreme love to Allah SWT. All charitable deeds we always will be no return, so why do not we do the best for our lives more meaningful, and weighing our good deeds is always increasing.

Are there any who wish to live freely go around…….. as if his life is not accounted for, charity is not counted, its age can be arranged at will?